“ Tertatih dengan jarak yang semakin jauh dalam spasi yang begitu lama. Tanpa kata-kata dalam sajak yang terkadang kita nyanyikan bersama. Hati yang terluka mengajarkan kita untuk menjadi bijaksana" –Mawarda-
Aku menjadi orang yang
tidak lagi pandai dalam mencairkan suasanamu saat ini. Aku memilih diam bersama
malam agar kau tidak merasa kerepotan lagi bahkan kebingungan untuk tidak tahu
apa-apa. Bukankah itu lebih baik A? Aku tidak akan menuntut terlalu banyak
darimu. Kau sudah teramat baik.
Biarlah semua seperti
ini, setidaknya aku belajar bijaksana dari kejadian ini. Aku sedang berlindung dibawah
tangan-tangan Tuhan dimana lelah yang telah menjadi temanku saat ini. Teman
yang sangat setia menemaniku diantara waktu-waktu terbaik untuk melewati segala
kejadian yang menakjubkan. Perjalanan ini masih panjang.
Kita memang hanya
merencakan perjalan hidup kita. Kita juga tidak punya hak untuk menyalahkan
Tuhan atas jalan hidup kita, hidup adalah pilihan katamu, lalu kita telah
memilih jalan ini untuk melewatinya dengan cara terbaik. Karena perjalanan ini
adalah rahasia, katamu selalu mengulang saat aku mulai bosan dan muak karena
terlalu lama berteman dengan “lelah”.
Aku ingin pulang, lalu
kembali berlari bersamamu untuk kau ajak aku kembali berbicara tentang semesta.
Ajak aku kembali berlari diantara deru ombak yang menggulung, ajak aku untuk
kembali mengarugi samudera awan. Agar aku tidak lupa bahwa hidup ini adalah
potongan-potongan langkah dalam berjuang untuk menggapai cita-cita. “Kita harus
mengalami, agar kau tahu rasanya seperti apa” Katamu.
Perum Muara Sarana
Indah, Malang
Dalam Senja, 06 Mei 2015
0 komentar:
Posting Komentar